oleh

Melalui SFITAL, Bersama Rumuskan Master Plan Pengembangan Kakao Berkelanjutan di Lutra

-LUWU UTARA-
Warning: array_key_exists() expects parameter 2 to be array, bool given in /www/wwwroot/radarluwuraya.com/wp-content/plugins/wp-postviews/wp-postviews.php on line 185
Lutra, Radarluwuraya.com — ICRAF Indonesia bersama MARS, Incorporated dan Rainforest Alliance-UTZ sebagai mitra kunci Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara berkolaborasi dalam penyelenggaraan Lokakarya Peta Jalan Komoditas Kakao Berkelanjutan di Kabupaten Luwu Utara, Selasa (6/7/2021). Lokakarya ini diselenggarakan di Aula Hotel Bukit Indah, Masamba. Pelaksanaan lokakarya ini sebagai tindak lanjut dari MoU yang telah ditandatangani bersama dengan Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, pada 16 Februari 2021 yang lalu. Lokakarya dibuka oleh Kepala Bappelitbangda Alauddin Sukri, mewakili Bupati Luwu Utara. Dalam sambutannya, Alauddin, menyebutkan bahwa 60-70 persen kakao untuk pasar ekspor berasal dari hasil perkebunan di dataran Sulawesi.

“Ini potensi, tapi produksi kakao yang jauh dari kawasan industri, sehingga tentu berdampak pada aktivitas produksi petani,” kata Alauddin. Dia mengatakan, berdasarkan data BPS, Luwu Utara mampu memproduksi kakao 83.000 ton lebih, dari lahan 48.000 hektar. “Sektor pertanian secara umum sebenarnya mampu berkontribusi pada pendapatan daerah, sehingga penting sekali penyusunan road map berkelanjutan untuk memberi rekomendasi pembangunan hulu dan hilir.” jelasnya. Dikatakan Alauddin, hal terpenting dalam lokakarya ini adalah terbentuknya komitmen bersama yang kuat dari berbagai pihak untuk mendukung inisiatif berdasarkan pada posisi dan perannya masing-masing. “Apabila hal ini sudah dilaksanakan secara mandiri, maka SFITAL akan mendukung melalui kegiatan lanjutan yang mengarah kepada formulasi kegiatan dan berbagai bentuk diseminasi dan sinergi kegiatan ke dalam rencana pembangunan daerah yang lain,” terang mantan Kadis Ketahanan Pangan ini.

Sementara Koordinator Proyek SFITAL Indonesia (ICRAF), Dr. Betha Lusiana, yang mengikuti lokakarya secara daring mengatakan, program Sistem Pertanian Berkelanjutan di Lanskap Tropis Asia (Sustainable Farming System in Asian Tropical Landscapes/SFITAL) berkewajiban memberikan dukungan dan memfasilitasi daerah dalam mengintegrasikan berbagai strategi dan program pembangunan kakao yang saat ini dilaksanakan di berbagai dinas terkait ke dalam suatu rumusan master plan dan road map pengembangan kakao berkelanjutan. “Harapan ibu Bupati mewujudkan konsep Kakao Lestari Rakyat Sejahtera di Luwu Utara yang sudah tertuang dalam RPJMD perlu diwujudkan melalui transformasi praktik produksi, terutama pada produsen skala kecil yang berlandaskan pada strategi dengan mengikutsertakan kompleksitas tantangan dari pemasaran,” jelas Betha. Salah satu caranya, sebut Betha, adalah dengan mengikuti peraturan tentang keamanan pangan dan meningkatkan kualitas produksi dalam rangka memenuhi permintaan pasar global.

Dia mengatakan, tantangan tersebut dihadapi jutaan produsen skala kecil di dunia. “Dampak dari perubahan iklim, peningkatan permintaan seiring dengan meningkatnya populasi dunia, penurunan kualitas tanah dan bentang lahan, telah mengancam keamanan pangan dan penghidupan ratusan juta masyarakat dunia,” papar dia. Masih kata dia, lokakarya ini adalah bentuk koordinasi untuk mendapatkan gambaran kebijakan dan program pengembangan kakao di Luwu Utara saat ini dan yang akan datang. “Perlu membangun kesepakatan di antara para pemangku kepentingan dalam prioritas pembangunan daerah dan kepentingan dalam penyusunan peta jalan kakao berkelanjutan, serta berdiskusi bersama untuk menentukan tujuan dan indikator pembangunan kakao berkelanjutan di Luwu Utara dari berbagai aspek produksi, pemrosesan dan distribusi,” tandas Dr. Betha Lusiana, seraya menyebutkan bahwa lokakarya kali ini mengusung tema “Dari Kebun ke Lanskap Sehat.”

Pada kesempatan yang sama, salah seorang pengajar di Universitas Andi Djemma (Unanda) Palopo, Dr. Idawati, mengakui komitmen Pemda Luwu Utara dalam pengembangan kakao berkelanjutan. “Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara memiliki kebijakan dan perhatian luar biasa pada komoditas perkebunan, khususnya kakao. Oleh karena, itu diperlukan strategi berkelanjutan untuk mengembangkan kakao, bagaimana strategi di hulu dan hilir, pemerintah dan pihak swasta seperti PT. Mars yang selalu mendampingi petani untuk penerapan teknologi budidaya hingga pemasaran,” kata Idawati. Ia menyebutkan, pengembangan skenario yang diusulkan adalah skenario Business As Usual, yaitu semua rencana yang ada pada tingkat kabupaten, dan skenario berkelanjutan, yang dikembangkan berdasarkan analisis spasial kebutuhan lahan dan ruang, serta analisis masalah, faktor penyebab dan lainnya, melalui wawancara multipihak terkait, sesuai aspirasi masyarakat.

“Prinsip Performance and Indicator juga perlu diperhatikan. Enam usulan prinsip yang nanti diturunkan menjadi performance dan indicator, di antaranya adalah sistem usaha tani kakao yang sehat, terjaminnya kesejahteraan dan kesehatan petani kakao, mewujudkan lingkungan lestari, mewujudkan keadilan sosial dan kesetaraan gender, transparansi rantai pasok, serta kelembangaan dan kebijakan,” urai dia. Masih Idawati, dengan adanya program SFITAL ini maka diharapkan ada perbaikan karena rendahnya produktivitas, kualitas produk yang belum memiliki daya saing, serta posisi tawar petani yang masih rendah, maka strategi pengembangan ke depan dengan upaya peningkatan produksi kakao, melalui peremejaan, penerapan norma budidaya yang baik, teknologi, dan peningkatan nilai tambah kakao serta terintegrasi dengan komoditi lain, terutama dengan ternak,” tandasnya.

Sekadar diketahui, Program SFITAL adalah penelitian 5 tahun yang didanai oleh International Fund for Agriculture and Development (IFAD) yang bertujuan untuk menghubungkan produsen skala kecil dengan rantai suplai global dengan prinsip keberlanjutan lingkungan, kelayakan ekonomi, dan bertanggung jawab secarasosial. Adapun sasaran dari SFITAL adalah mengolaborasikan usaha pemerintah, industri, NGO, dan pihak lain yang dibutuhkan untuk merancang dan mengimplementasikan bersama dengan produsen skala kecil. SFITAL menjalankan kegiatan di dua negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia dan Filipina. Lokasi fokus di Indonesia dijalankan di Aceh Tamiang, NAD (kelapa sawit) dan Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan dengan komoditas kakao. (Ani)

Komentar